Senin, 22 November 2021

SATPAM BANK

Rahmad Budi Darmawan

Adanya anggapan kalau badan tinggi bagus( ngganteng) jadi bikin repot bagi anak muda yang nggak daftar TNI kayak ponakan saya ini. Sebagai seorang anak mantan atlet Tinju top dimasanya dan punya banyak teman Tentara yang tidak jadi tentara, dia sering resah mendapatkan pertanyaan, “Loh, awakmu josse ngono, bapakmu punya banyak chanel kok nggak daftar TNI?”


Pertanyaan itu dulu sering muncul ketika dia sedang asyik PDKT dengan pacarnya ( sekarang dah jadi istrinya). Yah biasalah, namanya orang baru kenalan, bakal ngobrolin hal-hal yang berkaitan dengan identitas masing-masing.

Mungkin target PDKT nya itu berharap dia akan mengikuti jejak anak-anak muda saudara jauhnya, bagi mereka bakalan keren kalau punya pacar yang berseragam. Lumayanlah untuk ajang pamer di media sosial.

Tidak hanya dari orang yang baru dekat, pertanyaan itu juga kerap dilontarkan ketika dia mengikuti acara kumpul reunian leting bapak nya.

Biasanya ada beberapa teman Bapaknya yang nyeletuk, “Loh, Mas! Sampean itu badannya bagus mbok ya daftar TNI aja biar nerusin cita-cita Bapakmu.” Mendengar celetukan itu paling dia hanya bisa mbatin, “Emang gampang apa daftar TNI, duite sopo!”

Oke, saya paham. Mungkin teman-teman Bapak nya ponakan masih punya anggapan kalau anak dengan postur gede duwur tur bagus. Seolah-olah wajib daftar TNI.

Sah-sah aja sih punya pikiran itu. Tapi kan nggak harus saklek begitulah kalau hobbynya otomotif dan traveling bawa motor CB jiwanya bebas? Kan ya nggak mungkin kuat dengan ketatnya aturan tentara.

Intinya, konsep dramaturgi menjelaskan bahwa adanya front stage dan backstage pada setiap orang. Jadi, front stage pada  bapaknya ponakan saya ini kalau sedang dinas, ketika Bapak menggunakan seragamnya ( Banser NU ) pasti harus terlihat tegas, gagah, dan pembawaanya medeni bocah. 

Nah, sedangkan backstage ini kalau Bapak ponakan saya ini sudah pulang dinas. Ya blio pakai kaos oblong, celana kolor, dan tentunya nyetel musik campursari kesukaannya. Seketika, hilang tuh pembawaannya yang medeni bocah.

Perubahan pola pikir bapak ponakan saya ini terus saja berlanjut hingga kini saat tinggal di dusun. Tinggal dan hidup di dusun memang membawa angin segar, di dusun tempat ponakan saya tinggal tidak banyak orang yang bertanya mengenai anak muda yang tidak daftar TNI.

Masyarakat di dusun juga tidak pernah peduli tentang identitas yang melekat antara postur tubuh dengan profesinya. Kuncinya yang penting mau srawung dan ikut kegiatan masyarakat, itu sudah cukup membuat ponakan saya aman dari pertanyaan-pertanyaan “berbahaya”.

Ya begitulah Untungnya, Bapak ponakan saya tidak sama seperti teman-temannya. Blio tidak pernah menekan anaknya harus jadi tentara seperti anak temennya. Bahkan Blio pun kerap membesarkan hati anaknya.

Kata blio, suksesnya anak tidak harus jadi tentara polis bahkan PNS. Selalu ada jalan menuju kesuksesan dengan cara dan jalannya masing-masing. "sing penting ayem" Blio juga sering bilang kalau nilai-nilai militer itu memang bagus, bisa dijadikan alat meraih kesuksesan di kehidupan sehari-hari.

Ya, Seperti ponakan saya ini yang pernah jadi Polsuska, yang lagi pontang-panting Solo-Sragen gantian momong anak dan masih numpang sama orang tua, kerap disarankan oleh Bapaknya untuk punya semangat juang yang lebih, mental yang militan, dan disiplin yang kuat untuk menata hidup yang lebih baik.

Sikap legowo Blio Bapak ponakan saya itu, sedikit banyak, bisa membuatnya berdamai dengan pertanyaan-pertanyaan basa-basi kenapa dia dulu tak daftar TNI. Pertanyaan yang kini berangsur-angsur tak lagi jadi momok yang menakutkan.

Kini, dia justru menganggap pertanyaan-pertanyaan tersebut sebagai motivasi bahwa sukses tak harus sejalan dan serupa dengan yang dicapai orang tua teman-teman bapaknya. Toh, seorang anak muda biasa bisa kok sukses dengan cara dan jalan yang berbeda.

Jadi Satpam Bank di Puwosari misalnya..hehe. ( HR )



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ALTAZIA ACHMAD. D

Karakter tertutup identik dengan kepribadian introvert (kebalikan ekstrovert). Meskipun begitu, introvert tidaklah sama dengan antisosial ya...