Selasa, 23 November 2021

Sarjana Psikologi 》》S.Psi

 


Psikolog adalah seorang ahli dalam bidang praktik psikologi, bidang ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku dan proses mental. Psikolog dapat dikategorikan ke dalam beberapa bidang tersendiri sesuai dengan cabang ilmu psikologi yang ditekuninya, misalnya Psikolog klinis, psikolog pendidikan, dan psikolog industri. Tetapi kata “psikolog” lebih sering digunakan untuk menyebut ahli psikologi klinis, ahli psikologi di bidang kesehatan mental. Psikolog di Indonesia tergabung dalam organisasi profesi bernama (HIMPSI Himpunan Psikolog Indonesia (HIMPSI).

Profesi seorang psikolog sedikit berbeda dengan seorang psikiater yang menyelidiki penyebab gejala psikologi dari sisi medis dan dari sisi kelainan susunan saraf para penderita penyakit jiwa. Sementara psikolog menyelidiki penyebab gejala psikologi dari sisi non-medis seperti pola asuh, susunan keluarga, tumbuh kembang masa kanak-kanak hingga dewasa, dan pengaruh lingkungan sosial. Jadi pada prinsipnya secara teknis pendidikan seorang psikiater adalah seorang dokter yang mengambil spesialisasi penyakit jiwa.Sedangkan Psikolog yang mempunyai tugas sebagai ahli konseling.

PELUANG KERJA LULUSAN SARJANA PSIKOLOG

Lulusan S1 Psikologi dapat menggeluti berbagai bidang pekerjaan, seperti: 

1. Asisten Psikolog di berbagai lembaga psikologi terapan 
2. Administrator tes psikologi 
3. Konselor 
4. Staf konsultan di bidang Psikologi 
5. Fasilitator dan motivator dalam program pelatihan (trainer) 
6. Staf dan manajer bidang SDM di berbagai perusahaan dan hotel 
7. Asisten peneliti di berbagai lembaga penelitian 
8. Wirausahawan (pelaku usaha mandiri) 
9. Fasilitator dan perancang program pengembangan komunitas. 

Lembaga-lembaga yang umumnya menerima lulusan Sarjana Psikologi, selain perusahaan, antara lain:
 
1. Rumah Sakit, Dinas Kesehatan, Puskesmas. 
2. Instansi pemerintah, TNI dan Polri. 
3. Lembaga penelitian dan pelatihan. 
4. LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) atau NGO (Non-government Organization). 
5. Institusi / lembaga lainnya yang bergerak pada pengembangan komunitas untuk mendukung kesehatan mental komunitas. 

Lulusan S1 Psikologi juga berkesempatan untuk meneruskan studi ke jenjang S2 (Magister Profesi Psikologi dan Magister Sains Psikologi).

Yap! pada liputan kali ini penulis kembali mengabarkan keberhasilan lulus kuliah anak muda cucu dari Mbah Mardi sukarno, putra dari pasangan Bapak Mulyono- Ibu Riwin yang beralamat di dusun Kaping, Desa Kecik, Kec. Tanon, Sragen Yaitu Mas Novia Eka Mandala. Penulis ingat betul  perjalanan pendidikannya semenjak bangku SD hingga Kuliah. Awal Pendidikan Dasarnya dia tempuh di SDN 1 Kecik ,sejak kelas satu hingga kelas enam selalu berada pada rangking 3 besar, dan seringnya rangking 1. Karena nilai rangkingnya yang bagus itulah setelah lulus SD dia mendaftar ke SMP Negeri 2 Sidoharjo. Tiga tahun berjalan nilai-nilai pelajaran selama di bangku SMP juga tergolong bagus, hingga akhirnya dia berhasil masuk di SMA Negeri 1 Sragen. Sekolah favorit tempat rujukan para juara pada masanya. 



Berkat dorongan dan bimbingan dari orang tua yang bermental petani ulet, grapyak lan semanak pada siapapun, akhirnya dia bisa menyelesaikan jenjang SMA dengan lancar dan memuaskan. Lanjut dengan semangat mengubah hidup yang lebih baik, 

"sak orane pendidikan anak-anakku kudu luwih apik timbang wong tuane". Ujar Mulyono.

Maka dari itu pak Mulyono mendorong anaknya mendaftar di perguruan tinggi pilihannya. Dan terpilihlah Universitas Muhammadiyah Surakarta Fakultas Psikologi. 

Diakui Novi Perjalanan selama kuliah tidaklah mudah, yang paling terasa adalah masalah pembiayaan. Tapi bukan anaknya Mulyono kalau menyerah begitu saja. Untuk mencukupi biaya kuliah, Novi masih bisa dapat dari honor sebagai asisten dosen, ya cukuplah buat nambah makan harian selama kos. Semua dilakukan Mengingat orang tuanya hanyalah petani biasa, Panen tak seberapa malah sering tombok karena biaya pengolahan lebih besar dari harga jual panen. Dengan semangat orang tua yang luarbiasa, yang selalu ubet mengusahakan biaya kuliah entah bagaimanapun caranya akhirnya selesai sudah pendidikannya. Dan Insyaallah wisuda tanggal 18 desember 2021.

"Selamat mas Novi atas gelar sarjananya semoga segera dapat kerja yang istimewa."

Yang tak kalah penting buat Mas Novi, bahwa Gelar sarjana yang telah kamu dapatkan hari ini adalah berkat perjuangan yang tidak mudah. Selain itu, segenap kemampuan tanpa kenal lelah telah kamu curahkan. Hari ini kami mengucapkan selamat untuk keberhasilanmu semoga sukses selalu. ( HR )


Senin, 22 November 2021

SATPAM BANK

Rahmad Budi Darmawan

Adanya anggapan kalau badan tinggi bagus( ngganteng) jadi bikin repot bagi anak muda yang nggak daftar TNI kayak ponakan saya ini. Sebagai seorang anak mantan atlet Tinju top dimasanya dan punya banyak teman Tentara yang tidak jadi tentara, dia sering resah mendapatkan pertanyaan, “Loh, awakmu josse ngono, bapakmu punya banyak chanel kok nggak daftar TNI?”


Pertanyaan itu dulu sering muncul ketika dia sedang asyik PDKT dengan pacarnya ( sekarang dah jadi istrinya). Yah biasalah, namanya orang baru kenalan, bakal ngobrolin hal-hal yang berkaitan dengan identitas masing-masing.

Mungkin target PDKT nya itu berharap dia akan mengikuti jejak anak-anak muda saudara jauhnya, bagi mereka bakalan keren kalau punya pacar yang berseragam. Lumayanlah untuk ajang pamer di media sosial.

Tidak hanya dari orang yang baru dekat, pertanyaan itu juga kerap dilontarkan ketika dia mengikuti acara kumpul reunian leting bapak nya.

Biasanya ada beberapa teman Bapaknya yang nyeletuk, “Loh, Mas! Sampean itu badannya bagus mbok ya daftar TNI aja biar nerusin cita-cita Bapakmu.” Mendengar celetukan itu paling dia hanya bisa mbatin, “Emang gampang apa daftar TNI, duite sopo!”

Oke, saya paham. Mungkin teman-teman Bapak nya ponakan masih punya anggapan kalau anak dengan postur gede duwur tur bagus. Seolah-olah wajib daftar TNI.

Sah-sah aja sih punya pikiran itu. Tapi kan nggak harus saklek begitulah kalau hobbynya otomotif dan traveling bawa motor CB jiwanya bebas? Kan ya nggak mungkin kuat dengan ketatnya aturan tentara.

Intinya, konsep dramaturgi menjelaskan bahwa adanya front stage dan backstage pada setiap orang. Jadi, front stage pada  bapaknya ponakan saya ini kalau sedang dinas, ketika Bapak menggunakan seragamnya ( Banser NU ) pasti harus terlihat tegas, gagah, dan pembawaanya medeni bocah. 

Nah, sedangkan backstage ini kalau Bapak ponakan saya ini sudah pulang dinas. Ya blio pakai kaos oblong, celana kolor, dan tentunya nyetel musik campursari kesukaannya. Seketika, hilang tuh pembawaannya yang medeni bocah.

Perubahan pola pikir bapak ponakan saya ini terus saja berlanjut hingga kini saat tinggal di dusun. Tinggal dan hidup di dusun memang membawa angin segar, di dusun tempat ponakan saya tinggal tidak banyak orang yang bertanya mengenai anak muda yang tidak daftar TNI.

Masyarakat di dusun juga tidak pernah peduli tentang identitas yang melekat antara postur tubuh dengan profesinya. Kuncinya yang penting mau srawung dan ikut kegiatan masyarakat, itu sudah cukup membuat ponakan saya aman dari pertanyaan-pertanyaan “berbahaya”.

Ya begitulah Untungnya, Bapak ponakan saya tidak sama seperti teman-temannya. Blio tidak pernah menekan anaknya harus jadi tentara seperti anak temennya. Bahkan Blio pun kerap membesarkan hati anaknya.

Kata blio, suksesnya anak tidak harus jadi tentara polis bahkan PNS. Selalu ada jalan menuju kesuksesan dengan cara dan jalannya masing-masing. "sing penting ayem" Blio juga sering bilang kalau nilai-nilai militer itu memang bagus, bisa dijadikan alat meraih kesuksesan di kehidupan sehari-hari.

Ya, Seperti ponakan saya ini yang pernah jadi Polsuska, yang lagi pontang-panting Solo-Sragen gantian momong anak dan masih numpang sama orang tua, kerap disarankan oleh Bapaknya untuk punya semangat juang yang lebih, mental yang militan, dan disiplin yang kuat untuk menata hidup yang lebih baik.

Sikap legowo Blio Bapak ponakan saya itu, sedikit banyak, bisa membuatnya berdamai dengan pertanyaan-pertanyaan basa-basi kenapa dia dulu tak daftar TNI. Pertanyaan yang kini berangsur-angsur tak lagi jadi momok yang menakutkan.

Kini, dia justru menganggap pertanyaan-pertanyaan tersebut sebagai motivasi bahwa sukses tak harus sejalan dan serupa dengan yang dicapai orang tua teman-teman bapaknya. Toh, seorang anak muda biasa bisa kok sukses dengan cara dan jalan yang berbeda.

Jadi Satpam Bank di Puwosari misalnya..hehe. ( HR )



ALTAZIA ACHMAD. D

Karakter tertutup identik dengan kepribadian introvert (kebalikan ekstrovert). Meskipun begitu, introvert tidaklah sama dengan antisosial ya...